Risiko Keselamatan Jurnalis di Sulut

Risiko Keselamatan Jurnalis di Sulut

Beberapa orang bercengkrama di halaman Sekretariat Aliansi Media Siber Indonesia (AMSI) Sulut, di daerah Malalayang, Kota Manado. Malam itu, Sabtu 5 November 2022, kebetulan ada yang berhajat ulang tahun.

Di tengah kongkow-kongkow itu, tetiba Adi berseloroh: “Kak, hari Senin hickoryridgegrill.com masyarakat Kalasey Dua mau demo. Demo untuk protes lahan yang mereka tempati akan ditertibkan oleh Pemprov Sulut,” kata jurnalis muda salah satu media online di Sulawesi Utara (Sulut) ini. “Ada LBH Manado yang akan mendampingi masyarakat dalam demo nanti,” ungkap Adi.

Yoseph Ikanubun, Ketua Majelis Etik Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Manado, yang ikut hadir dalam kongkow-kongkow tersebut langsung merespon. Osep–sapaannya–bertanya-tanya sejumlah hal terkait rencana demo tersebut.

“Sapa yang inisiasi demo ini?” tanya mantan Ketua AJI Kota Manado itu. “Ada beberapa anggota masyarakat di situ. Mereka meminta dukungan LBH Manado. Dan kebetulan sudah beberapa kali ada upaya protes berbentuk surat, dan juga demo ke Pemprov Sulut,” jawab Adi, yang juga menjadi anggota AJI Kota Manado.

“Kapan setting aksi?” tanya Osep lagi. “Kurang tau, kak. Saya hanya dapat informasi dari LBH (Manado) bahwa nanti Senin ada demo,” jawab lelaki bernama lengkap Noufriyadi Sururama ini.

“Oke, di. Karena kau sudah beberapa kali ikut aksi terkait dengan protes masyarakat Kalasey Dua itu, maka harus hati-hati. Ingat, yang namanya demo, apalagi akan berhadap-hadapan dengan aparat, pasti akan terjadi gesekan fisik. Harus bersikap jelas. Kalau boleh hindari konsentrasi massa kalau tujuannya untuk meliput,” ujar Osep memberi wejangan kepada Adi. “Dari jauh saja, karena pasti ada potensi terjadi lemparan batu dari masyarakat yang protes. Ingat, yang lebih penting adalah keselamatan diri,” timpal Asrar Yusuf, anggota senior AJI Manado yang juga hadir malam itu.

Pembicaraan malam itu soal sengketa lahan antara masyarakat Kalasey Dua dan Pemprov Sulut sudah menyentuh sejumlah aspek, mulai dari proses hukum terkait perjuangan hak masyarakat atas tanah di lahan tersebut hingga sejarah hadirnya masyarakat di lahan tersebut.

Risiko Keselamatan Jurnalis

Senin, 7 November 2022, demo memang jadi digelar di siang hari. Sebagaimana yang diprediksi, bentrok antara aparat kepolisian yang membackup Satuan Polisi Pamong Praja Pemprov Sulut berhadapan dengan masyarakat Kalasey Dua, LSM, mahasiswa, dan LBH Manado tidak bisa dihindari. Hingga akhirnya menjelang sore polisi mengamankan kurang lebih 40 orang pendemo dari berbagai latar belakang, termasuk Adi (jurnalis). Mereka dibawa ke Mapolresta Manado untuk dimintai keterangan.

Namun, pemberitaan di sejumlah media online dan percakapan di beberapa grup media sosial wartawan, beredar kabar bahwa satu jurnalis mengalami tindakan kekerasan dari aparat. Informasi tersebut diikuti dengan sejumlah foto kondisi jurnalis (Adi) yang mengenakan kaos hitam, sobek di bagian bahu kiri.

Berbagai kecaman dari sesama jurnalis dan aktivis pun berseliweran di media sosial. Pesan berantai terkait kecaman tersebut bersahut-sahutan. Termasuk dari media tempat Adi bekerja. Melalui group WhatsApp internal AJI Manado, pimpinan media tempat Adi bekerja meminta AJI Manado harus mengambil sikap memprotes kasus ini.

Namun pengurus AJI Manado belum langsung merespon permintaan tersebut. Pengurus AJI Manado menugaskan Divisi Advokasi untuk mendampingi Adi yang sore itu masih berada di Mapolresta Manado. Penugasan itu sekaligus mencari tahu duduk permasalahan sehingga Adi bisa mengalami tindakan kekerasan dari aparat, dan ikut diamankan oleh polisi.

Setelah melalui pembahasan internal pengurus, dua hari kemudian akhirnya AJI Manado memutuskan mengundang Adi untuk dimintai klarifikasi secara langsung. Pertemuan dipimpin Ketua AJI Manado Fransiskus Talokon bersama sejumlah pengurus, termasuk Divisi Advokasi. Pertemuan dihadiri juga oleh pimpinan media tempat Adi bekerja, serta Yoseph Ikanubun sebagai Majelis Etik AJI Manado.

Dari paparan Divisi Advokasi, Leriando Kambey dan Ronny Sepang terungkap fakta bahwa sejak lama keberadaan Adi di kasus Kalasey Dua itu sudah masuk dalam pantauan aparat. Mereka bahkan menunjukkan foto-foto Adi ketika berada di tengah masyarakat yang berdemo sebelumnya. Termasuk pula foto Adi yang berada di tengah massa pendemo saat aksi di Senin siang tersebut, sebelum terjadinya chaos hingga akhirnya polisi mengamankan 40 orang pendemo.

“Kita sulit berkeras ke polisi bahwa Adi adalah korban kekerasan aparat terhadap jurnalis. Masalahnya Adi ada di tengah-tengah massa,” ujar Leriando. “Memang Adi menggantung kartu pers saat itu, tapi dia ada di tengah massa,” tambah Ronny. “Menurut polisi, mereka mengamankan saja para pendemo tanpa melihat latar belakang. Dibawa ke kantor dan dimintai keterangan,” jelas Ronny lagi.

Ketika dimintai tanggapannya, Adi tidak banyak bicara. Secara jujur dia mengaku saat demo berlangsung memang dirinya berada di tengah massa pendemo, namun ada kartu pers yang digantung di leher dan terlihat jelas.

“Saat itu saya sudah mengaku sebagai wartawan dan menunjukkan kartu identitas pers. Namun menurut polisi harus tetap ke kantor untuk dimintai keterangan karena dianggap merupakan bagian dari massa,” katanya. Soal bajunya yang sobek, Adi menjelaskan bahwa memang saat itu terjadi chaos, dan aparat secara acak melakukan pengamanan terhadap para pendemo hingga bajunya ikut tertarik dan sobek.

Menanggapi kejadian tersebut, Yoseph mengatakan bahwa sebelum kejadian, tepatnya Sabtu (5/11/2022) malam, dia sudah memperingatkan Adi untuk berhati-hati. Sebab, dia sudah tahu posisi Adi yang dekat dengan LBH Manado dan seringkali turun ke Kalasey Dua hingga beberapa kali turun demo bersama masyarakat.

“Buktinya Adi ‘sudah ditandai’ oleh polisi. Foto-foto yang ditunjukkan oleh Leriando dan Ronny sebagai buktinya. Ini harus jadi pembelajaran bagi kita semua bahwa kekerasan kepada kita sebagai jurnalis itu bisa dihindari bila kita tahu menempatkan diri,” ujar Yoseph. “Harusnya Adi perjelas statusnya. Kalau jadi bagian dari pendemo, ya harus dilepas kartu persnya. Kalau jadi jurnalis yang akan meliput, harus pilih posisi yang aman. Kalau bisa berada di belakang barisan aparat,” tambah Yoseph.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

https://www.grandorchidjogja.com/